Jumat, 09 April 2010

Tiga Kreasi Baru Ramaikan HUT Kota Bima

Kota Bima, TIMUR-Pawai Budaya menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Bima ke-8 cukup meriah, antusias peserta yang ambil bagian dalam pesta tahunan itu terlihat tinggi, hal itu terlihat betapa banyaknya warga yang menyaksikan aksi-aksi hebat dari peserta dari awal di Paruga Nae hingga berakhir di Lapangan Pahlawan Raba, menariknya pesta HUT yang diikuti oleh anak-anak dan orang dewasa itu memperlihatkan sejumlah hal baru, ada yang beda dari tahun sebelumnya, sejumlah ibu-ibu yang berdiri di pinggir trotoar yang siap dengan berbagai jenis masakan ala Mbojo rupanya ikut memeriahkan acara tersebut.
Pantuan langsung Koran ini, tampak sejumlah ibu-ibu asik menghalau para penonton agar jajanan dan masakan yang mereka sajikan di trotoar sebelah utara, rupanya mereka ingin memperlihatkan masakan khas ala Mbojo yang mereka sajikan dilihat, tidakl itu saja bocah SD yang mengenakan pakaian adat seakan terlihat tidak mau kalah dengan orang dewasa, meski mereka harus menempuh jalan sepanjang sekitar 5 kilometer dan diterpa hangatnya mentari pagi, namun tidak menyurutkan semangat bocah-bocah itu menyusuri jalanan yang panjang dan panas, sementara ibu guru dan orang tua tetap memberikan dukungan kepada anak-anak itu untuk terus memerlihatkan semangat di sepanjang jalan hingga akhir. Terkadang peristiwa lucu di sepanjang jalan kerap diperlihatkan oleh bocah, tak ayal persitiwa itu membuat penonton yang menyaksikan harus melebarkan bibir dan tersenyum.
Berbagai atraksi diperlihatkan oleh sejumlah paguyuban, nyaris acara itu sebagai Indonesia kecilnya Kota Bima karena berbagai paguyuban etnis ikut berpartisipasi, tidak itu saja, Reog Ponorogo misalnya, acara yang dinahkodai oleh Paguyuban Jawa Timur itu berhasil membuat orang-orang yang menonton acara itu kuatir dan terkesima lantaran beberapa anggotanya ada yang kesurupan.
Koordinator Bidang Kesenian, Drs H Muhidin, MM mengaku kemeriahan pawai Budaya HUT Kota Bima kali ini menampilkan hal yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, kemasan acara yang dibungkus dengan tiga paket gaya wisata rupanya memerlihatkan hal yang berbeda tersebut. “Tiga kolaborasi wisata kita tampilkan, yakni wisata seni, wisata religi dan wisata kuliner,” ujarnya.
Rupanya, kekhasan warna Bima yang kental seakan ingin diperlihatkan oleh panitia ke khalayak, seperti penampilan taji tuta, pakaian khas bima yang memikili nuansa seni, gantao dan lainnya. “banyak dari kita yang tidak mengerti potensi seni yang kita miliki, ke khas-an daerah ini cukup banyak,” ujarnya.
Belum lagi wisata religi, dalam sajiannya, menurut Muhidin, budaya islam di Bima sangat kental, penampilan dari berbagai macam gaya, gerakan dan suara diperlihatkan dengan alunan manis sejumlah grup hadara yang ikut dalam pawai tersebut, belum lagi masyarakat juga dihibur dengan musik Arabian yang diperlihatkan oleh grup Marawis. Hebatnya lagi pada saat melantunkan lagu yang menggunakan bahasa arab oleh grup Marawis itu qori Internasional H Darwin Hasibuan ikut ambil bagian melantunkan lagu yang bernuansa islami.
Di sisi lain, sejumlah ibu-ibu yang siap dengan menu khas Bima juga tampak bersemangat dengan memperlihatkan berbagai jenis masakannya, seperti mange mada, kato londe, jame. Namun saying tampaknya penonton itdak begitu antusias melihat berbagai jenis masakan itu, entah karena tidak ada tawaran untuk mencicipinya atau terlalu keasikan melihat aksi peserta pawai.
Meski beberapa paguyuban etnis tidak menyuguhkan ke khasan budayanya, seperti Bali misalnya, tidak seperti tahun sebelumnya yang menampilkan boneka raksana yang dikenal ogoh-ogoh, kemudian masyarakat Sumbawa dengan senjata rotannya, atau etnis Lombok dengan gendang Beleg-nya, namun warga se akan lupa, dengan berbagai atraksi diperlihatkan sejumlah etnis, mereka terpukau dan pulang dengan puas meski sebelumknya harus bertahan di teriknya mentari siang. (Tim.01)

Tidak ada komentar: