Safira Balita usia 4 tahun bocah dari Pasangan Aminuddin dan Ponira warga Kampung Bara RT. 14 RW. 05 Kelurahan Paruga Kecamatan Rasanae Barat Kota Bima sejak usia 8 bulan harus menderita lantaran penyakit ganas pada bola mata kanannya, kondisi mata bocah itu cukup parah, bola matanya nyaris keluar dari kelopaknya.
Orangtua bocah itu, Aminuddin kesehariannya adalah seorang nelayan yang penghasilannya tidak menentu alias bergantung pada kondisi cuaca, sedangkan sang istri Ponira pedagang rombong di Pasar raya Bima. Keduanya nyaris putus asa untuk mengobati buah hatinya itu. karena penghasilanya setiap hari hanya cukup buat makan keluarga.
Dalam keterbatasan ekonomi kedua orang tua Safira, telah melakukan upaya, yakni membawa putrinya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bima hingga berlanjut ke Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) Mataram dan Rumah Sakit Umum RSU Sanglah Denpasar-Bali, namun hasilnya tidak berubah, bocah itu masih saja harus menderita dengan kondisinya saat ini, malah semakin bertambah penderitaannya. Bocah itu hanya bisa meraba-raba untuk mengenal barang di sekelilingnya dan juga jika dipanggil nama bocah itu tidak pernah tahu hanya alat pendengaranyay saja yang dipakai untuk mengenali siapa saja yang memanggilnya.
Sumantri, paman Safira dengan penuh keprihatin menjelaskan, kini Safira setiap malamnya hanya bisa menangis dan tak bisa tidur sama sekali. “Kami sekeluarga berharap untuk melanjutkan pengobatannya, tapi tidak dapat berbuat banyak karena keterbatasan biaya. Untuk itu kami sangat membutuhkan uluran tangan para dermawan, hartawan dan Pemerintah atau seperti inisiatif masyarakat untuk membuka Koin Peduli Safira seperti Koin Peduli Bilqis guna pembiayaan pengobatan Safira binti Aminuddin,” ini tuturnya. (irul)
Orangtua bocah itu, Aminuddin kesehariannya adalah seorang nelayan yang penghasilannya tidak menentu alias bergantung pada kondisi cuaca, sedangkan sang istri Ponira pedagang rombong di Pasar raya Bima. Keduanya nyaris putus asa untuk mengobati buah hatinya itu. karena penghasilanya setiap hari hanya cukup buat makan keluarga.
Dalam keterbatasan ekonomi kedua orang tua Safira, telah melakukan upaya, yakni membawa putrinya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bima hingga berlanjut ke Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) Mataram dan Rumah Sakit Umum RSU Sanglah Denpasar-Bali, namun hasilnya tidak berubah, bocah itu masih saja harus menderita dengan kondisinya saat ini, malah semakin bertambah penderitaannya. Bocah itu hanya bisa meraba-raba untuk mengenal barang di sekelilingnya dan juga jika dipanggil nama bocah itu tidak pernah tahu hanya alat pendengaranyay saja yang dipakai untuk mengenali siapa saja yang memanggilnya.
Sumantri, paman Safira dengan penuh keprihatin menjelaskan, kini Safira setiap malamnya hanya bisa menangis dan tak bisa tidur sama sekali. “Kami sekeluarga berharap untuk melanjutkan pengobatannya, tapi tidak dapat berbuat banyak karena keterbatasan biaya. Untuk itu kami sangat membutuhkan uluran tangan para dermawan, hartawan dan Pemerintah atau seperti inisiatif masyarakat untuk membuka Koin Peduli Safira seperti Koin Peduli Bilqis guna pembiayaan pengobatan Safira binti Aminuddin,” ini tuturnya. (irul)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar