SAPE, TIMUR-
Saat pemerintah tengah gencarnya menggaungkan pelayanan prima kepada masyarakatnya, namun tidak demikian yang terjadi di Puskesmas Plus Kecamatan Sape, Puskesmas yang baru saja dioperasikan itu pelayanannya justru mengecewakan. Bagaimana tidak, masyarakat yang membutuhkan pelayanan cepat dan ramah justru bentakan yang diterima, akibatnya keluarga pasien kecewa.
Diduga karena penanganan yang tidak serius dari juru medis, Fajni bocah 10 tahun yang menderita sesak napas, koma, dan malang nasib bocah yang belum tiga jam dirawat itu harus meregang nyawa sebelum alat bantu pernafasan (oksigen) dipasang.
Bagaimana kejadiannya? Salah seorang warga Desa Sari Kecamatan Sape Mustamin mengaku, awalnya ia dan keluarga Kamis (25/3) membawa Fajni (10 tahun) ke Puskesmas Sape karena mengeluh panas dan sesak napas, sesampainya di Puskesmas dokter rawat memberikan cairan infuse, karena kondisi bocah cukup parah dokter memerintahkan para perawatnya untuk memasang oksigen (alat bantu pernapasan) pada pasien, namun tidak jadi dilakukan dengan alasan pasien selalu bergerak.
Beberapa saat kemudian pasien justeru dipindahkan ke ruangan lain dan mendapat perawatan biasa, dan hanya diberikan obat penenang, masih menurut Mustamin kondisi bocah itu semakin parah saja, sementara para perawat tidak jadi memasangkan oksigen dan ditinggal di ruangan bersama keluarganya. Mendapati kenyataan itu Mustamin berupaya menghubungi perawat di ruang jaga. Apa yang didapatkan malah kemarahan dari perawat yang didapatkan.
Saat itu beber Mustamin, dirinya mendatangi ruang jaga perawat, namun pintu tertutup, setelah beberapa kali mengetok pintu namun tak ada sahutan dari dalam, salah seorang Satpam menyarankan untuk masuk ke dalam untuk memanggil perawat. “Karena tidak ada sahutan Saya langsung masuk, berupaya mencari perawat, tapi justeru perawat Ww (menyebutkan nama lengkapnya, red) terlihat asik main video game di ruangan, dan langsung memarahi saya,” ujarnya.
Saat itu ujar dia, perawat belum juga menegok pasien yang sekarat, ditambah lagi listrik mati, sehingga oksigen yang sedianya akan dipasangkan kembali tidak jadi dipasang. “Entah dengan bantuan disel atau apa, karena terlambat oksigen dipasang, tidak lama keponakan saya meninggal,” bebernya.
Mustamin dan keluarganya mengaku kecewa atas sikap perawat yang tidak mau tahu kondisi pasiennya, malah asik bermain game. “Meski kematian itu takdir, tapi saya kecewa dengan sikap juru medis di sini, apakah ini yang dinamakan pelayanan prima kepada masyarakat, saya harap ini menjadi cacatan, karena terlalu banyak kasus yang seperti ini,” keluhnya.
Berkaitan dengan masalah itu Kepala Puskesmas Plus Sape, dr Maknum Syam mengaku, jika pihaknya telah melakukan sesuai prosedur standar (protap). “Kita sudah melakukan sesuai prosedur, adapun oksigen tidak jadi dipasang karena pasien saat itu menolak, dan selalu bergerak,” katanya.
Ia juga mengaku sempat mendapat protes dari keluarga pasien karena kepanikan melihat kondisi anaknya, dan itu ujar dia harus dimaklumi juga oleh para juru rawat. “Kita telah melakukan tugas sesuai dengan apa yang menurut kita sudah procedural,” ungkapnya.
Sementara mengenai perawat yang asik main game beber Maknum, awalnya memang menerima laporan itu dari keluarga pasien, namun setelah dikonfrontir juga dari perawat, yang bernama Ww, memang sebelum ada ketukan pintu dari keluarga pasien ada orang iseng yang suka mengganggu dengan mengetok pintu lalu pergi. “Itu terjadi berulang-ulang, mungkin karena itu perawat kami memilih ruangan belakang dan memang saat itu keluarga pasien mendapati sedang bermain game,” ujarnya.
Ia mengaku telah membina perawatnya untuk tidak melakukan hal serupa, karena bagaimanapun tugas sebagai juru medis harus memaklumi keadaan pasien. “Saya sudah tekankan pada mereka untuk memaklumi keadaan seperti itu, karena ini menyangkut tugas sebagai juru medis, dan kondisi seperti ini memang harus bisa dipahami oleh kita sebagai medis, tidak boleh mengasari pasien atau keluarganya,” ungkapnya.
Ia berjanji kejadian perawat yang memarahi keluarga pasien tidak terulang, dan pihaknya telah memberikan pengertian kepada keluarga pasien dan juga membina perawatnya. (Tim.01)
Saat pemerintah tengah gencarnya menggaungkan pelayanan prima kepada masyarakatnya, namun tidak demikian yang terjadi di Puskesmas Plus Kecamatan Sape, Puskesmas yang baru saja dioperasikan itu pelayanannya justru mengecewakan. Bagaimana tidak, masyarakat yang membutuhkan pelayanan cepat dan ramah justru bentakan yang diterima, akibatnya keluarga pasien kecewa.
Diduga karena penanganan yang tidak serius dari juru medis, Fajni bocah 10 tahun yang menderita sesak napas, koma, dan malang nasib bocah yang belum tiga jam dirawat itu harus meregang nyawa sebelum alat bantu pernafasan (oksigen) dipasang.
Bagaimana kejadiannya? Salah seorang warga Desa Sari Kecamatan Sape Mustamin mengaku, awalnya ia dan keluarga Kamis (25/3) membawa Fajni (10 tahun) ke Puskesmas Sape karena mengeluh panas dan sesak napas, sesampainya di Puskesmas dokter rawat memberikan cairan infuse, karena kondisi bocah cukup parah dokter memerintahkan para perawatnya untuk memasang oksigen (alat bantu pernapasan) pada pasien, namun tidak jadi dilakukan dengan alasan pasien selalu bergerak.
Beberapa saat kemudian pasien justeru dipindahkan ke ruangan lain dan mendapat perawatan biasa, dan hanya diberikan obat penenang, masih menurut Mustamin kondisi bocah itu semakin parah saja, sementara para perawat tidak jadi memasangkan oksigen dan ditinggal di ruangan bersama keluarganya. Mendapati kenyataan itu Mustamin berupaya menghubungi perawat di ruang jaga. Apa yang didapatkan malah kemarahan dari perawat yang didapatkan.
Saat itu beber Mustamin, dirinya mendatangi ruang jaga perawat, namun pintu tertutup, setelah beberapa kali mengetok pintu namun tak ada sahutan dari dalam, salah seorang Satpam menyarankan untuk masuk ke dalam untuk memanggil perawat. “Karena tidak ada sahutan Saya langsung masuk, berupaya mencari perawat, tapi justeru perawat Ww (menyebutkan nama lengkapnya, red) terlihat asik main video game di ruangan, dan langsung memarahi saya,” ujarnya.
Saat itu ujar dia, perawat belum juga menegok pasien yang sekarat, ditambah lagi listrik mati, sehingga oksigen yang sedianya akan dipasangkan kembali tidak jadi dipasang. “Entah dengan bantuan disel atau apa, karena terlambat oksigen dipasang, tidak lama keponakan saya meninggal,” bebernya.
Mustamin dan keluarganya mengaku kecewa atas sikap perawat yang tidak mau tahu kondisi pasiennya, malah asik bermain game. “Meski kematian itu takdir, tapi saya kecewa dengan sikap juru medis di sini, apakah ini yang dinamakan pelayanan prima kepada masyarakat, saya harap ini menjadi cacatan, karena terlalu banyak kasus yang seperti ini,” keluhnya.
Berkaitan dengan masalah itu Kepala Puskesmas Plus Sape, dr Maknum Syam mengaku, jika pihaknya telah melakukan sesuai prosedur standar (protap). “Kita sudah melakukan sesuai prosedur, adapun oksigen tidak jadi dipasang karena pasien saat itu menolak, dan selalu bergerak,” katanya.
Ia juga mengaku sempat mendapat protes dari keluarga pasien karena kepanikan melihat kondisi anaknya, dan itu ujar dia harus dimaklumi juga oleh para juru rawat. “Kita telah melakukan tugas sesuai dengan apa yang menurut kita sudah procedural,” ungkapnya.
Sementara mengenai perawat yang asik main game beber Maknum, awalnya memang menerima laporan itu dari keluarga pasien, namun setelah dikonfrontir juga dari perawat, yang bernama Ww, memang sebelum ada ketukan pintu dari keluarga pasien ada orang iseng yang suka mengganggu dengan mengetok pintu lalu pergi. “Itu terjadi berulang-ulang, mungkin karena itu perawat kami memilih ruangan belakang dan memang saat itu keluarga pasien mendapati sedang bermain game,” ujarnya.
Ia mengaku telah membina perawatnya untuk tidak melakukan hal serupa, karena bagaimanapun tugas sebagai juru medis harus memaklumi keadaan pasien. “Saya sudah tekankan pada mereka untuk memaklumi keadaan seperti itu, karena ini menyangkut tugas sebagai juru medis, dan kondisi seperti ini memang harus bisa dipahami oleh kita sebagai medis, tidak boleh mengasari pasien atau keluarganya,” ungkapnya.
Ia berjanji kejadian perawat yang memarahi keluarga pasien tidak terulang, dan pihaknya telah memberikan pengertian kepada keluarga pasien dan juga membina perawatnya. (Tim.01)