Jumat, 11 Desember 2009

Nurlatif: Kasek yang Coba Main-main dengan DAK Saya Copot


KOTA BIMA, TIMUR-Masalah pengelolaan Dana Alokasi Khusus (DAK) sekolah masih merupakan masalah yang panjang dalam hal pengelolaanya, baik masalah penyelesaian yang tidak tepat waktu dan juga kualitas bahan yang jauh dari standar RAB digunakan seringkali ditemui di lapangan.  Untuk mengantipasi munculnya masalah itu ke depannya Walikota Bima HM Nu A Latif berjanji akan bertindak tegas bagi siapa saja yang tidak becus dalam pengelolaan DAK termasuk kepala sekolah yang tidak memperhatikan kualitas dan bermaiun-main dengan dana DAK akan dicopot. Nurlatif mengakui hingga saat ini masih ada sekolah yang mendapat DAK tidak menuntaskan pekerjaannya, meski dana yang dialokasikan untuk itu sudah rampung, bahkan ironisnya ada juga yang menggunakan besi yang tidak sesuai dengan standar bangunan dan juga kayu mangga. “Sudah banyak Kepala Sekolah yang sudah saya copot dan pejabatnya juga sudah banyak yang saya geser, karena mereka tidak memperhatikan kualitas bangunan,” katanya kepada TIMUR usai memberikan pengarahan kepada sejumlah jajaran pendidikan di Paruga Nae beberapa waktu lalu. Menurutnya, sudah saatnya pengawas lapangan untuk mengecek langsung pembangunan sekolah yang menggunakan DAK,  dan tidak ingin adanya masalah lagi di kemudian hari. “Masalahnya kita beruntung mendapatkan dana DAK ini dari pusat, kalau tidak, untuk membangun sekolah ini terpaksa menggunakan dana DAU, padahal dana DAU banyak yang digunakan untuk pembangunan lain termasuk gaji pegawai dan itu sulit,” ujarnya. Saat ini ujar dia memang dibolehkan pembangunan sekolah dilakukan oleh pihak ketiga, namun harus diawasi juga pelaksanaanya, tidak boleh kontraktor lebih mementingkan keuntungan dalam membanguna dan harus berpikir jika membangun sekolah itu adalah membangun generasi. “Saya minta masyarakat juga mengawasi pembangunannya, jika perlu langsung lapor kepada saya, dan saya tidak henti-hentinya mengecek langsung kualitas bangunan, kalau memang tidak sesuai dan menyimpang saya langsung tindak,” ujarnya. Diakuinya, pada awalnya membangun sekolah memang tidak melibatkan kepala sekolah, yakni ingin memberikan contoh bagaimana membangun yang berkualitas, namun setelah pembangunan itu diserahkan ke kepala sekolah justeru sebaliknya yakni banyak masalah yang ditemui. “Saya minta semua pelaksana yang terlibat membangun ini jangan selalu berharap untung yang besar saja, pikirkan jika membangun itu adalah untuk generasi,” ujarnya. (Tim.01) 

Tidak ada komentar: