Senin, 16 November 2009

Catatan redaksi

DAK sekolah…..
Pengelolaan dana pembangunan sekolah setiap tahun nyaris tidak pernah lepas dari masalah, kendati upaya pembenahan terus dilakukan untuk memperbaikinya, namun tidak enak rasanya jika kita tidak mendengar sekolah yang mendapat dana tak mendapat sorotan, seakan sudah menjadi ikon jika sejumlah sekolah yang mendapat dana alokasi khusus (DAK) ini pasti akan bermasalah.
    Walikota Bima HM Nur A Latif kerap mengakui jika pengelolaan sekolah banyak hal yang terjadi, meski pihaknya selalu menekankan kepada setiap kepala sekolah atau sejumlah pihak yang terlibat pengelolaan dana untuk menjaga amanat tersebut, namun ada saja masalah yang muncul, entah soal keterlambatan, tidak tuntasnyan pengerjaan hingga bahan yang digunakan tidak berkualitas.  Tidak heran jika banyak sekolah yang diperiksa oleh aparat penegak hukum berkaitan dengan dugaan-dugaan dan kecurigaan dalam pengelolaannya, namun meski dalam hasil pemeriksaan fisik sekolah yang dibangun tidak sesuai dengan bestek, anehnya nyaris tidak pernah ada orang-orang yang dianggap terlibat terjerat oleh hukum.
    Masyarakat hanya diberikan kejutan oleh berbagai informasi yang mengatakan jika masalah itu ada keterlibatan ‘si anu’ dan ‘si anu’. Kendati sudah melalui beberapa kali pemeriksaan baik di kepolisian maupun kejaksaan, toh akhirnya hasil akhir dari kejutan miring itu tidak pernah tuntas, ironisnya lagi masyarakat tidak pernah dipuaskan dengan proses hukum yang berjalan, lantaran bisa dikatakan jarang kita temui kasus-kasus tersebut penanganannya yang sampai ke meja pengadilan walaupun sekedar untuk membuktikan kebenaran dari informasi yang terlanjur beredar tadi.
    Pertanyaannya, akankah kejutan pahit atas dugaan pengelolaan dana sekolah ini terus menghiasi berita pagi di media-media, tanpa ada kejelasan proses, atau barangkali dalam memproses kasus ini dugaan ini hanya sekedar sangkaan yang tidak pernah ada ujungnya, atau barangkali ada kecenderungan aparat yang menangani masalah ini dibantu oleh ‘tangan-tangan tuhan’ yang bermain di dalamnya.
    Kasus SDN 59 Kota Bima yang dianggap tidak ada koordinasi dengan komite sekolah setempat dalam pengelolaan DAK harus dicurigai sebagai upaya untuk menyembunyikan upaya atas dugaan-dugaan penyelewengan dalam pengeloaan berikutnya, oleh karena itu tidak ada salahnya pengawasan dalam pengelolaan sekolah tersebut harus dimulai sejak awal. Sehingga peluang adanya penyelewengan pengelolaan dana dapat diantisipasi lebih dini. ***** (wallahu ‘Alam)    
    

Soal Pembangunan RBM SDN 59, Kasek dianggap tak Transparan

Kota Bima, Timur-
    Pembangunan ruang belajar SDN 59 Kota Bima menuai protes dari sejumlah pengurus komite, pasalnya kepala sekolah Annisa A.Ma yang menjadi penanggungjawab pembangunan sekolah dari angggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) 2009 itu dianggap telah mengabaikan komite dengan tidak melibatkan komite dalam perencanaan pembangunannya.
    Ketua komite SDN 59 Ibrahim kepada Tabloid Timur mengaku, hingga dimulainya pembangunan, dirinya belum diinformasikan akan rencana pembangunan ruang baru sekolah tersebut, bahkan kepala sekolah cenderung menyembunyikan rencana itu sehingga memunculkan kecurigaan macam-macam dari sejumlah pengurus komite. “Tidak ada informasi apapun dari kepela sekolah berkaitan dengan pembangunan ini, bahkan inventarisasi barang-barang di sekolah cenderung ditutupi oleh kepala sekolah,” ujarnya di lingkungan Lewi Kelurahan Jatibaru, Rabu.
Saat ini ujar Ibrahim, kepala sekolah menyuruh kontraktor untuk memulai pembangunan sekolah itu, sedangkan harapan keterlibatan warga dalam pembangunan ruang belajar baru tidak dilakukan sama sekali. “Meski tidak ada hak kita melarang, namun minimal dalam pengerjaannnya warga di sekitar ikut dilibatkan, karena sekolah ini untuk kita juga,” sesalnya.
Sikap yang ditunjukan oleh kepala sekolah dengan tidak mengiformasikan rencana pembangunan itu memunculkan beragam dugaan dari sejumlah anggota komite, apalagi pembanguan itu akan menggunakan anggaran yang tidak sedikit. “Kita sempat menanyakan rencana itu kepada kepala sekolah, namun tidak diberikan penjelesan yang memadai,” katanya.
Menanggapi keluhan ketua komite itu, kepala sekolah SDN 59 Annisa, A.Ma membantah jika dirinya tidak menginformasikan rencana pembangunan itu kepeda komite, ia mengaku telah mengundang ketua komite Ibrahim untuk rapat selama dua kali, namun sepertinya yang bersangkutan selalu mengelak untuk hadir dalam rapat yang sedianya digelar di sekolah tersebut. “Bahkan kita sudah dating ke kediamannya, namun saat itu ketua komite sedang menghadiri sebuah acara di masyarakat,” katanya via HP.
 Annisa mengaku tidak ingin rencana pembanguna itu terhambat lantaran tidak adanya kehadiran ketua komite dalam rapat di sekolah, pasalnya waktu yang diberikan untuk menyelesaikan pembangunan sangat sempit, yakni sekitar 45 hari kerja. “Waktunya hanya sedikit, oleh karena itu kita harus segera melakukan pembangunannya,” katanya.
Informasi yang yang diperoleh Timur, anggaran yang akan digunakan untuk pembangunan ruang belajar baru itu sebesar Rp798 juta, rencananya di sekolah itu akan dibangun gedung bertingkat disesuaikan dengan besarnya anggaran yang di terima dari dana alokasi khusus (DAK) tahun 2009. (Tim.01)

Pilkada Kabupaten Bima 2010 Nurlatif: tak Ingin Terjadi Blunder Politik



  Suasana Demo jelang Pilkada


 Kota Bima, Timur.-
    Anggapan bahwa Walikota Bima HM Nur A Latif mendukung salah satu calon pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Bima tahun 2010 kembali dibantah, meski sebelumnya Nurlatif sempat melontarkan dukungan penuh kepada bakal calon incumbent H Ferry Zulkarnain, ST, hingga saat ini arah dukungan orang nomor satu di Kota Bima itu masih menjadi teka-teki. “Saya tidak ingin ada keblunderan dalam menentukan dukungan, sebab semua bakal calon yang ada saat ini adalah teman saya,” katanya kepada Tabloid Timur usai pelantikan pimpinan DPRD Kota Bima Rabu lalu.
    Menurutnya, kemanapun dirinya nanti mengarahkan dukungan, akan cenderung berhati-hati dalam bersikap, apa lagi dari semua calon yang ada adalah orang-orang yang sangat dikenalnya, namun dukungan lebih tetap diarahkan pada bakal calon yang menyatakan diri akan memperjuangkan pembentukan Provinsi Pulau Sumbawa (PPS). “Soal pembentukan Provinsi Pulau Sumbawa ini oleh para calon, semua rakyat harus mendukung,” ujarnya.
Meski dalam kapasitasnya sebagai ketua partai PKPI Provinsi NTB dapat saja mengakomodir salah satu calon yang ingin menggunakan kendaraan partai tersebut, namun ia mengaku tidak bisa terlalu mengintervensi. “Tetap saja kita akan menjaga netralitas dan keseimbangan, jikapun partai ingin menentukan calon hal itu kita serahkan pada partai saja, dukungan saya paling hanya nol koma satu persen,” katanya.
Menanggapi isu pasangan H Suadin-Sukirman Azis (Idaman) yang telah meminta PKPI sebagai kendaraan politiknya, Nurlatif mengaku sejauh ini belum ada komitmen politik yang pasti dengan pasangan tersebut, demikian juga dengan pasangan Drs H Zainul Arifin-Drs H Usman AK (Zaman) yang informasinya didukung oleh 13 partai. “Karena memang dari semua bakal calon ini belum ada kejelesan partai mana yang akan digunakan sebagai kendaraan,” ujarnya.
Nurlatif mengaku akan tetap berusaha menjadi mediator dan menyerahkan kepada masing-masing calon untuk maju secara elegan dan demokratis, “Kita tidak bisa terlalu intervensi, apalagi saya adalah ketua partai PKPI Provinsi.  Hal yang paling pasti dari semua bakal calon yang sudah menyatakan diri siap ikut, hal itu sangat tergantung pada program prioritas yang ditawarkan, yakni harus sejalan dengan tujuan jangka panjang pembentukan Provinsi Pulau Sumbawa, ini harud didukung,” demikian Nurlatif. (Tim.01)

Kepadapatan Berduaan dengan Istri Orang, Kepala Distamben Hihajar

Bima, JT.-
Rupanya kasus selingkuh pegawai di jajaran Pemerintah Kabupaten Bima masih terus menjadi masalah yang berkepanjangan, buktinya Selasa malam lalu kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Kabupaten Bima Drs Syahbuddin, wajahnya harus babak belur dihajar warga lantaran diduga telah selingkuh dengan salah seorang CPNS di Dinas Pendapatan daerah (Dispenda) Kabupaten Bima. Mantan kepala Bakesbanglinmas itu didapati berduaan dengan Nurul Amani di dalam mobil pribadinya.
Informasi yang dihimpun Jurnal Timur, awalnya suami Nurul, A Faruk curiga dengan ulah istrinya, acapkali ia mendapat laporan dari warga di sekitar dan saudaranya yang lain tempat tinggalnya jika istrinya tersebut sering keluar rumah dengan lelaki lain, kecurigaannya mendadak membuatnya penasaran ketika sang istri tiba-tiba keluar rumah dengan sepeda motor.
A Faruk yang ditemui Koran ini mengaku karena seringnya mendapat laporan tidak enak itulah muncul keinginan untuk membututi kemana istrinya pergi malam-malam seperti itu dengan sepeda motor, setelah dibuntuti, sepeda motor yang dikendarai Nurul rupanya menuju rumah Via salah seorang warga Kelurahan Paruga yang juga pegawai di lingkup Setda Kabupaten Bima, berdua dengan Via, Nurul menunggu jemputan di Jalan Soekarno-Hatta Kelurahan Paruga atau tepatnya di depan rumah Wakil Walikota H Qurais, tak lama memang sebuah mobil kijang dengan nomor polisi EA 1254 S menjemput Nurul.
Sementara saat itu Faruk terus membututi arah mobil tersebut hingga ke cabang Desa Talabiu Kecamatan Woha, mobil tersebut hanya berhenti sebentar di lokasi kemudian kembali ke arah Kota Bima melewati jalan yang sama, rupanya keinginan untuk menghakimi kedua insan yang diduga sedang dimabuk asmara itu tiba-tiba muncul, sekitar pukul 10.00 Wita Selasa malam lalu tepatnya di sekitar pompa bensin Desa Panda Faruk bersama  dengan sejumlah warga lainnya, akhirnya menahan laju mobil yang ditumpangi istrinya itu.
Amarahpun tak terhindarkan dari warga dan Faruk, mendapati istrinya ternyata hanya berdua saja dengan Syahbudin di dalam mobil, Faruk tak dapat menahan emosi, entah siapa yang memulai tiba-tiba bogem langsung diarahkan ke Syahbudin yang saat itu terlihat kaget karena laju mobilnya dihentikan oleh beberapa orang. Akibatnya Syahbudin yang tidak sempat menghindar mendapat luka di bagian pelipis dan sekitar wajah. Untungnya amarah dapat dikendalikan. “Kecurigaan saya sudah lama, saya sengaja datang diam-diam dari Jakarta tiga hari sebelumnya karena ingin membuktikan apa yang dikatakan warga,” kata Faruk kepada Jurnal Timur
 Faruk mengakui dugaan istrinya berselingkuh bukan lagi hal baru bagi warga di sekitar rumahnya, bahkan ketua RT dan ketua RW di sudah mengetahui gelagat itu sejak lama lantaran sering mendapatkan laporann warga yang melihat istrinya bersama laki-laki lain. “Jika memang ada sesuatu keperluan Dinas dengan istri saya, kenapa harus keluar malam-malam, kalau secara jalur koordinasi tidak ada hubungan kedinasan antara istri saya dengan dia, karena mereka bekerja pada instansi yang berbeda,” ungkapnya kesal.
Malah Faruk menduga kasus istrinya itu masuk dalam lingkaran yang melibatkan banyak pihak, bahkan beberapa jam sebelumnya ia mendapati istrinya bersama laki-laki lain, namun hal itu sengaja didiamkannya karena ingin benar-benar membuktikan laporan warga dan keluarganya. “Saya langsung melaporkan hal ini ke BKD, dan saya tidak akan berhenti hingga kasus ini diproses,” katanya.
Sementara itu Syahbudin yang dihubungi berkilah keberdaannya dengan Nurul di dalam mobil tersebut hanya ingin mengetahui informasi penting dan merekrutnya sebagai intel untuk informasi penting menjelang Pilkada, sedangkan keberangkatan mereka ke wilayah Kecamatan Woha hanya untuk membeli bakso. “Saya tidak memiliki hubungan khusus dengannya, hanya saya sengaja merekrutnya untuk dijadikan intel untuk mendapatkan informasi,” kilahnya.
Kini Syahbudin harus menerima kenyataan jika pelipis dan wajahnya harus dijahit akibat luka yang dialaminya, hingga saat ini kasus ini masih ditangani serius oleh Bawasda danb Badan Kepegawaian Daerah (BKD) atas laporan resmi dar  A Faruk. (JT.01)

Warga Desak Walikota Tuntaskan Drainase di Rabangodu Selatan

Kota Bima, JT.-
    Terbengkalainya pengerjaan drainase dan deker di kelurahan Rabangodu Selatan sejak satu tahun lalu membuat warga setempat kecewa,  hingga saat ini pembuatan drainase sekaligus deker yang dikerjakan oleh lurah Rabangodu Selatan HM Din, ST itu masih terlihat urukan tanah yang tidak sama rata dengan jalan yang dibuat sebelumnya.
    Warga setempat Ahmad kepada Jurnal Timur meminta Walikota Bima segera menuntaskan pembuatan deker plus pembenahan drainase tersebut, karena dikuatirkan pada musin hujan mendatang jalan tersebut akan becek dan sulit dilalui kendaraan, padahal jalan tersebut adalah jalan Provinsi yang ramai dilewati, Ahmad mengaku setelah sekian lama proyek itu dikerjakan, belum ada tanda-tanda akan diselesaikan, bahkan beberapa waktu lalu ia bersama warga lain sempat menggelar aksi demo terkait amburadulnya proyek tersebut. “Saat itu masih musim hujan, jalan rusak akibat tanah yang masih belum diratakan, dan terkadang pengendara yang menggunakan jalan harus ekstra hati-hati jika tidak ingin terpelanting jatuh,” katanya di Kelurahan Rabangodu.
    Ahmad mengaku sempat mendatangi kantor Dinas PU Kota Bima bersama warga lainnya, dan mendapat penjelesan jika proyek tersebut akan segera dituntaskan pada tahun 2008, namun hingga menjelang akhir tahun ini, proyek tersebut belum pernah disentuh kembali bahkan terkesan hanya dibiarkan. “Kita tidak mau tahu masalah apa yang terjadi antara Dinas PU dengan Lurah, yang kita inginkan jalan ini tidak dirusak seperti itu hingga membuat kita kesulitan melewatinya,” ujarnya.
    Sebelumnya proyek tersebut diserahkan kepeda Lurah Rabangodu Selatan untuk mengerjakanannya, proyek untuk menyambut lomba kelurahan dua tahun lalu itu rupanya telah menghabiskan anggaran Rp1,3 miliar bersamaan dengan pembuatan gapura dan pembenahan drainase di sekitar wilayah itu, pada saat proyek diserahkan akhir tahun 2008, sempat terjadi masalah karena dianggap telah terjadi mark-up anggaran oleh lurah yang nilainya jauh melebihi hitungan Dinas PU yakni sekitar Rp2,1 miliar. Akhirnya Dinas PU hanya menyetujui pembayaran proyek Rp1,3 miliar. (JT.01)