Cabuli Anak Kandung, Warga Soriutu Dipolisikan
Dompu, Korantimur.-
Karena diduga telah mencabuli anak kandungnya sendiri, Jun (35) warga Desa Soriutu Kecamatan Mangge-lewa Selasa (18/4) dilaporkan oleh istrinya ke Polisi. Jun dilaporkan oleh Siafah karena telah mencoba menggagahi anak kandungnya Bunga (10 tahun) di kediaman mereka di Desa Soriutu.
Kejadian itu bermula saat Bunga bersama adiknya yang bernama Fauzan (8) tinggal ber-sama Jun di Soritu, hubungan Jun dengan istrinya Siafah sudah tiga bulan renggang, mereka pisah ranjang selama itu dan tinggal terpisah, kedua anaknya memilih tinggal bersama ayahnya sejak hubungan itu tidak harmonis lagi, namun nahas bagi bocah kelas empat SD tersebut, kesempatan itu malah digunakan ayah kandungnya sendiri untuk menggagahinya.
Siafah menuturkan, Jun bukan lain suaminya sendiri, namun hubungan mereka selama tiga bulan terakhir renggang, keduanya tengah menunggu putusan pengadilan agama untuk bercerai. Sejak pisah tiga bulan lalu, tuturnya, kedua anaknya itu tinggal bersama bapak mereka, sedangkan dirinya kembali ke rumah orangtuanya di Desa O,o Kecamatan Dompu, namun Senin (17/4) sebelum mela-porkan kejadian yang menimpa anaknya itu ke polisi, Siafah mengaku mendapati anaknya Bunga mengeluhkan sakit di bagian alat vitalnya, saat itulah Siafah menanyakan yang terjadi dan menimpa anaknya itu.
Dengan polosnya bocah kelas 4 SD itu menceritakan semua yang dialaminya, awalnya menurut Siafah, anaknya itu dipanggil oleh ayahnya saat tengah malam kemudian diperintahkan untuk buka baju dan celana hingga telanjang bulat, setelah mendapati anaknya sudah tidak berpakaian, cerita Siafah, ayah bejat ini lantas memasukan balsem ke alat vital bocah tersebut kemudian entah setan apa yang merasukinya Jun lantas meraba-raba bagian tubuh bocah itu setelah sebelumnya menutup matanya dengan kain.
“Sejak pisah ranjang 3 bulan ini, kedua anak kami tinggal bersama Bapaknya, namun kemarin, Bapaknya menitipkan kedua anak kami, yakni Bunga (menyebut nama aslinya, red) beserta adiknya Faujan (8 Thn) ke keluarga saya untuk diserehkan kepada Saya,” katanya di Polres Dompu, Selasa.
Siafah tidak tahan ulah bejat suaminya, setelah menda-patkan kejelasan yang menimpa anaknya itu langsung mela-porkannya ke polisi. Ia meminta Polisi menindak pelaku yang tak lain adalah orang yang pernah hidup bersamanya itu dihukum seberat beratnya atas per-buatannya itu. Sementara Bunga saat bersama ibunya di Polres Dompu, menceritakan, ia mengakui jika bapaknya telah melakukan hal buruk terhadap dirinya, namun ia tetap berdoa untuk mengampuni dosa kedua orangtuanya. “Setelah apa yang dilakukannya, Saya memohon petunjuk kepada yang Maha Kuasa, ampunilah Dosa ke dua orang tuaku yaa Allah,” kata Bunga sambil meneteskan air mata.
Sementara pihak polres Dompu melalui PJS Kasat Reserse dan Kriminial IPDA Tri Prasetiyo, pelaku akan dijerat pasal 81, 82 KUHP dan UU No 23 Thn 2003 tentang perlindungan anak dengan ancaman 15 Thn penjara. (Tim.06)
Oknum Pegawai Dikes Dipergoki Mesum
Kota Bima, Korantimur.-
Oknum Pegawai Dinas Kesehatan (Dikes) Kota Bima, Khar kedapatan mesum di rumahnya di RT05/02 lingku-ngan Lewirowa Karara Ke-lurahan Monggonao Kota Bima. Khar tertangkap tangan oleh sejumlah warga sedang bermesum dengan seorang gadis asal Penatoi, Nr Minggu sekitar pukul 22.00 Wita.
Bagaimana ceritanya? Hasil liputan wartawan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) Se-jumlah warga yang menda-patkan keduanya sedang asyik masyuk dalam kamar sekitar pukul 22.00 Wita, warga hendak menggedor pintu, namun karena kamar terkunci, kedua-nya sempat mengenakan kembali pakaian mereka, karena sejumlah warga berteriak untuk menyuruh membuka paksa pintu rumah keduanya. Setelah beberapa saat, akhirnya pintu terbuka dan warga langsung mengadili keduanya saat itu juga. Sejumlah warga yang sudah lama melihat Khar sering membawa perempuan di rumahnya sudah tidak menahan sabar, mereka memaksa keduanya untuk menikah malam itu juga dengan mengundang petugas nikah di lingkungan itu.
Ketua RT 05/01, Junaidin, SSos, menuturkan sejak enam bulan terakhir, Khar memang kerap membawa perempuan yang berbeda saban malam di rumahnya, tingkah laku Khar sempat membuat warga marah, karena setiap membawa perempuan pintunya selau terkunci dari dalam. “Setiap malam perempuan yang dibawa selalu berbeda, awalnya saya tidak percaya atas laporan warga, akan tetapi malam ini saya buktikan sendiri apa yang terjadi disaksikan bersama warga lainnya di sini,” katanya di lokasi.
Diceritakan Junaidin, ia mendapat laporan dari warga sudah sejak lama, warga mendesak dirinya sebagai ketua RT di lingkungan itu untuk menindak dan memberikan peringatan kepada Khar, namun meski sudah diperingatkan oleh warga tingkah laku Khar tidak berubah, puncaknya malam itu warga menggrebek Khar saat sedang bersama NR yang juga salah seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah di Kota Bima.
Sementara Khar sedniri adalah seorang PNS di Dikes Kota Bima dan telah memiliki istri syah, namun saat itu istrinya tidak tinggal ber-samanya, dan berada di rumah yang lain di lingkungan Kelurahan Sadia Satu karena menurut warga, hubungan keduanya masih dalam tahap perceraian.
Proses negosiasi antara warga dengan pelaku untuk segera menikah malam itu juga cukup alot, warga yang lain memanggil polisi untuk menyelesaikan perkara kedua insan yang sedang dimabuk asmara tersebut. Si perempuan karena sudah tidak bisa menahan malu akhirnya menyetujui menikah, akan tetapi Khar yang punya rumah didampingi oleh beberapa keluarganya menolak menikah karena beralasan harus menunggu persetujuan keluarganya yang lain.
Petugas pencacat nikah harus datang dua kali untuk menyelesaikan proses per-nikahan, namun karena Khar ngotot tidak ingin dicatat, akhirnya proses pernikahan gagal. “Kita terpaksa menye-rahkan kasus ini ke polisi, karena tidak ingin warga marah dan tidak terkendali,” ujar Junaidin.
Akhirnya warga menye-pakati keduanya digelandang ke Polsek Rasanae Barat, sejumlah aparat yang sudah berjaga sejak awal kejadian itu langsung membawa keduanya dengan menggunakan dua mobil patroli polisi. Sementara sejumlah tetangga Khar, mengaku jika kasus Khar sering membawa perempuan ke rumahnya sering terjadi, bahkan beberapa hari sebelumnya warga sempat mengejar perempuan yang sempat bersama Khar dalam rumahnya, namun perempuan tersebut beralasan jika kedatangannya untuk bekerja di rumah Khar sebagai tukang cuci. “Setiap Malam selalu berbeda pere-mpuan, bahkan ada juga perempuan muda dan sering gonta-ganti setiap malam,” kata tetangga yang enggan di-sebutkan namanya.
bagaimana pengakuan Khar? Kepada Koran ini ia mengaku antara dirinya dengan Nr memang berpacaran, diakuinya di rumahnya istrinya tidak ada. “Biasalah kalau pacaran kita peluk-pelukan dan tiba-tiba mereka (warga, red) datang menggedor pintu,” katanya.
Ia mengaku alasan untuk tidak menikah dengan Nr karena harus menunggu persetujuan istri pertamanya yang hingga saat ini masih menunggu proses perceraian dan keluaragnya yang lain. “Saya menolak untuk dinikahkan tercacat, akan tetapi saya mau menikah dibawah tangan,” katanya.
Kendati demikian, soal seringnya perempuan yang dibawah kerumahnya, Khar mengelaknya, ia hanya mengaku ada seorang pere-mpuan yang memang membantu di rumahnya untuk menyuci dan membersikan rumah. “Mungkin mereka (warga, red) mengira pembantu Saya yang datang malam ini,” katanya.
Sementara Nr sendiri mengaku malu atas apa yang dialaminya, ia siap dinikahkan malam itu juga, karena sudah terlanjur diketahui orang banyak ia meminta Khar untuk segera menikahinya. Saat itu atas inisiatif warga, keluarga Nr dipanggil untuk menjadi wali nikah, akan tetapi karena Khar menolak akhirnya proses pernikahan cepat dan terbilang aneh akhirnya gagal.
Kasus tersebut saat ini sudah ditangani oleh pihak kepolisian, Nr akhirnya melaporkan Khar karena tidak ingin menikahinya karena keberdaan mereka berdua terlanjur dipergoki oleh orang banyak.
Kejadian itu menyita perhatian sejumlah warga di lokasi, mereka mendesak untuk segera diadili karena dianggap telah mencoreng nama kampung, sejumlah pemuda yang hendak memberikan pelajaran nyaris saja bergerak jika saja tidak ada aparat polisi yang berjaga.
tidak hanya itu, bahkan warga sempat berteriak untuk melakukan arak keliling kampung keduanya dalam keadaan telanjang, namun emosi warga teresebut sempat terkendali lantaran ketua RW dan RW menahan mereka untuk tidak berbuat anarkis di lokasi.
Karena proses negosisasi yang cukup alot tersebut membawa emosi warga, mereka menganggap Khar hanya mau ambil enaknya saja dan tidak mau bertanggungjawab meski perempuan yang bersamanya sudah siap untuk dinikahkan malam itu juga. “Ayo panggil petugas jika tidak kita nikahkan secara adat saja,” teriak warga.
Suasana riuh terus berlangsung, sejak kejadian pukul 22.00 Wita, hingga pukul 1.00 Wita dini hari tidak ada kata sepakat yang keluar dari Khar,, bahkan petugas nikah harus menutup kembali buku cacatan karena ditolak untuk dicatat. “Kalau memang mau menikah tanpa dicacat, sama saja saya tidak ada di sini, kita tidak ingin memaksa orang untuk menikah dengan tercacat, karena tugas kita hanya mencatat setiap pernikahan yang resmi,” katanya. (Tim.01)
Banjir Bandang, Dua Orang Tewas,
Puluhan Rumah Hanyut
Sape, Korantimur.-
Dua orang tewas dan empat lainnya luka-luka terseret banjir saat mencoba menyelamatkan diri ketika meluapnya air di wilayah Kecamatan Sape, meluapnya air lantaran hujan yang terus mengguyur di daerah itu Sabtu (23/4). Air Sungai yang meluap tersebut yakni sungai dari Desa Sari dan Kecamatan Wawo. Karena derasnya arus air, tanggul penahan air yang ada di Desa Parangina bagian atas sebagian jebol karena tidak mampu menampung derasnya air bah.
Dua warga yang tewas tersebut adalah, Muhammad Talib alias Uba Haja (80) asal Desa Rai Oi dan Achmad alias Pua Sira (52) Warga Dusun Bajosarae Desa Bajo juga merupakan staf desa Bugis. Muhammad Talib ditemukan di sekitar rumahnya, sedangkan Achmad ditemukan tewas aliran air di Bajo Sarae.
Sementara empat warga Rai Oi lainnya hanya menderita luka akibat berupaya menye-lamatkan diri dan harta benda saat banjir bandang menyapu empat desa yang dilalui air bah tersebut.
Tidak hanya korban jiwa, informasi yang diperoleh dari sejumlah warga ratusan ternakpun ikut hanyut terbawa arus air dan rumah-rumah warga yang berada di sepanjang bantaran sungai adalah korban paling parah atas kejadian tersebut sementara tiang listrikpun ikut tumbang yang meyebabkan aliran listrik putus.
Puluhan rumah warga di empat Desa, yakni, Desa Parangina, Desa Rai Oi, Desa Sangiang, Desa Nae dan juga sebagian Desa Bugis ikut terendam, Praktis aktivitas warga di lima desa tersebut lumpuh total. Tidak hanya itu jaringan listrik juga sempat terputus selama sekitar 12 jam, barulah keseokan harinya kabel listrik yang putus di daerah Parangina dapat tersambung dan aliran listrik kembali normal keesokan harinya yakni, Minggu (24/4) sekitar pukul 7.00 Wita.
Salah seorang warga Rai Oi Dahlan menuturkan, tidak ada yang menyangka air akan datang secepat itu, pada waktu sebelumnya sekitar pukul 2 dini hari hujan terus melanda daerah itu hingga pagi hari. Sekitar pukul 7:00 pagi air lantas menghantam sejumlah rumah dengan tiba-tiba.
Sebagian warga ujar Dahlan cukup kaget, banyak yang berupaya menyelematkan harta benda, namun sebagiannya tidak mampu diantisipasi dan merelakan sejumlah ternak terbawa arus air.
Selama beberapa jam arus air sungai masih menggenangi rumah warga lantaran saat itu air laut juga tengah pasang. “Jadi banjir cukup lama karena pertemuan air itu,” katanya di Desa Rai Oi Sabtu.
Bahkan jalan di Dusun Busung Bugis putus karena air yang melalui terlalu deras dan Jalan di Desa Jia pun demikian, kendaraanpun sulit lewat hingga keesokan harinya. “Benar-benar banjir yang cukup besar, dan sungai tak mampu menampung air bah itu,” katanya.
Hingga keesokan harinya kata Dahlan, jalanana masih mabet akibat rusak, sementara warga yang rumahnya sempat tergenang masih sibuk membersihkan lumpur dan kayu yang terbawa oleh arus air tersebut. “Sebagian warga masih trauma, karena banjir yang cukup besar datang dengan tiba-tiba,” ujarnya.
Camat Sape H Juwaid, SSos, mengaku pritahin atas peristiwa banjir yang menimpa sejumlah desa di wilayahnya, pihaknya langsung mekoordikasikan masalah bencana itu ke Pemda kabupaten Bima. “Kita langsung memberikan bantuan tanggap darurat untuk meno-long warga yang terkena banjir,” katanya di Sape Minggu.
Untuk memerbaiki sejumlah kerusakan fasilitas umum ujarnya pihak pemerintah Kecamatan dan Desa sedang mendata secara detail jumlah kerusakan, juga mendata kerugian warga yang tertimpa bencana banjir.(Tim.01/10)
Sejumlah Rumah di Barat Kota Dilanda Air Bah
Kota Bima, Korantimur.-
Hujan yang mengguyur sebagian besar wilayah timur Kota Bima telah menyebabkan dua aliran sungai tak mampu menampung derasnya air. Akibatnya, sejumlah wilayah di Kecamatan Rasanae Barat dilanda banjir kiriman dari dua alur sungai utara dan selatan.
Pantauan korantimur sejak pukul 9.00 pagi, meski hujan mulai terlihat reda, namun wilayah di sekitar terminal justeru mendapat banjir kiriman hingga menembus kampung Bara, sedangkan bagian utara dari Mulai Kelurahan Paruga di bagian timur tembus hingga pasar raya Bima.
Meski tak ada korban jiwa dalam peritiwa itu, namun sejumlah aktivitas warga sempat lumpuh lantaran air bah yang melanda sejumlah Kelurahan di Kecamatan Rasanae Barat.
Warga Dara Saefudin, mengaku meski hujan sudah reda, dirinya bersama keluarga tidak menyangka akan mendapat luapan banjir, awalnya air tergenang di dalam rumah sempat mengalir keluar karena hujan berhenti, akan tetaspi tak sampai hitungan jam, air dari sungai Padolo menyapu kampong dari arah timur. “Kita kaget karena saat itu kita menduga tidak akan terjadi seperti ini, terpaksa kita menutup dengan kantung pasir agar air tidak terlalu masuk dalam rumah,” ujarnya di Kelurahan Dara, Sabtu.
Sementara kantor Polsek Rasana Barat tergenang air setinggi lutut orang dewasa, termasuk wilayah di sekitarnya seperti terminal dan sebagian besar toko di dekatnya. “Semuanya tergenang, dan airnya cukup tinggi,” katanya.
Warga yang dekat dengan lokasi banjir terpaksa menutup jalan-jalan agar kendaraan tidak terjebak dalam kemacetan lantaran air yang menutupi jalan Soekarno Hatta di titik lampu merah.
Di sejumlah Wilayah yang tersapu banjir adalah wilayah Manggemaci, Pane, Kelurahan Paruga hingga Masjid Raya, sementara di Kelurahan Dara air dari jembatan gantung menyapu hingga ke pemu-kiman warga Kelurahan dara hingga tembus ke terminal. Praktis jalanan macet total akibat kendaraan tidak bisa lewat lantaran arus air yang cukup deras.
Setelah beberapa jam, barulah air agak turun, kendati demikian, sejumlah ruas jalan masih belum normal karena airnya masih cukup tinggi.
Pantuan wartawan, air dari aliran sungai selatan adalah paling parah, karena dari mulai wilayah Kota bagian timur, melewati Kelurahan Lampe, Kodo, Oimbo, Rabadompu, Rontu hingga Sambinae air sungai meluap hingga ke pemukiman warga.
Warga Pane, Dedy menga-ku saat banjir datang diri-nya tidak berada di rumah, namun setelah pulang rumah-nya sudah mencapai dada orang dewasa. “Terpaksa saya harus menyelematkan sebagian barang-barang yang masih bias diselamatkan,” katanya di pane, Sabtu.
Sejumlah barang miliknya hanyut terbawa arus air, hanya sebagian saja yang dapat diselamatkan. Keadaan itu juga dirasakan oleh warga lainnya di sekitar lokasi. “Karena kita tidak menyangka air akan tinggi seperti ini,” katanya.
Dedy mengaku sejak banjir melanda dirinya belum menda-patkan bantuan apapun dari pemerintah, namun diakuinya ketika banjir bebe-rapa waktu lalu keluarga mendapatkan bantuan darurat berupa mie instant dan juga barang sembako lainnya. “Kita berharap adanya perhatian untuk pembenahan rumah yang terkena banjir, karena sebagian barang-barang kita terbawa arus air,” katanya.(Tim.01)
Warga Monta Desak Pemerintah Perbaiki Bronjong
Dompu, Korantimur.-
Banjir Bandang menyapu sebagian besar wilayah Kabu-paten Dompu Kamis (21/4) lalu telah menyebabkan kerugian besar bagi warga, banjir yang telah melanda Kecematan Woja dan Kecamatan Manggelewa Kabupaten Dompu Kamis (21/4), menyebabkan ribuan rumah di tergenang air hingga setinggi lutut orang dewasa.
Pantauan langsung Koran ini, pusat banjir yakni di Kecamatan Woja di Kelurahan Montabaru 750 KK tergenang air dan 4 Rumah warga hanyut terseret arus, hingga menye-babkan kerugian besar bagi warga setempat.
Salah satu warga Iswan menuturkan, banjir banding yang melanda beberapa kecamatan tersebut menye-babkan warga kehilangan harta benda, namun tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, setelah beberapa lama banjir melanda, warga segera membersihkan rumahnya dari lumpur yang terbawa arus air. “Kita kerepotan karena air menyapu rumah, dan terpaksa kita selamatkan barang-barang agar tak terendam air,” katanya.
Pemerintah Kabuipaten Dompu segera membantu para korban dengan memberikan bantuan tanggap darurat berupa Mie instan beberapa bungkus bersama beras 1 Kg/KK serta sembako.
Namun menurut Iswan yang lebih utama agar banjir tidak kembali menyapu rumah penduduk, pemerintah di-harapkan memerbaiki bronjong sepanjang arus sungai ratusan meter yang rusak akibat tersapu derasnya banjir.
“Dengan cuaca yang tidak menentu ini, kuatir adanya curah hujan tinggi, besar kemungkinan adanya banjir susulan, di mana rumah rumah, yang terletak di pinggir sunggai akan lebih banyak lagi hanyut di bawah banjir,” katanya.
Ia juga meminta pemerintah untuk menanggapi serius masalah itu dan juga segera memberikan bantuan sece-patnya terkait kerusakan rumah rumah warga berupa biaya untuk memperbaikinya.
Di tempat terpisah, Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Dompu. Ir Syamsuddin, menjelaskan pihaknya sudah melakukan usulan kepada pemerintah pusat sejak tahun lalu, dan ususlan tersebut , menunggu respon dari pihak pemerintah pusat agar dana untuk perbaikan bantaran sungai segera dilakukan. (Tim 06)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
nah ini baru bs di komentar tulisannya ^_^
harian timur update_an berita minggu ini doooongggg...
Posting Komentar